Akankah Indonesia Memberlakukan Covid-19 Menjadi Seperti Flu Biasa
Indonesianetworks.com – Covid-19 sudah menjadi wabah global yang besar dan luas, banyak negara yang sudah memberlakukan lockdown dan memberlakukan pembatasan sosial berskala besar dan berdampak besar pada perubahan ekonomi setiap negara meningkatkan data kemiskinan dan PHK di banyak wilayah terutama pada negara-negara yang sedang berkembang. Semuanya itu terjadi karena pembatasan sosial hingga membuat berkurangnya daya beli masyarakat, berkurangnya pendapatan perusahaan karena hilangnya daya beli sehingga perusahaan menanggung beban operasional yang besar hingga perusahaan-perusahaan harus gulung tikar. Dengan tutupnya perusahaan membuat pihak manajemen harus memberhentikan karyawannya karena tidak mampu lagi membayar gaji karyawan karena hilangnya pendapatan perusahaan tersebut belum lagi perusahaan yang tidak mampu lagi membayar utang perusahaan hingga berdampak hilangnya harapan karyawan untuk kembali bekerja setelah covid-19 berakhir.
Jika kita berpikir negatif tentang semua yang telah terjadi maka secara tidak langsung kita telah menghipnotis diri kita sendiri dengan energi negatif dari apa yang telah terjadi maka aliran energi negatif terus yang akan menghancurkan pikiran sehat kita sehingga segala hal himbauan akan berakhir dengan penindasan sosial yang merugikan kaum tertentu dan memperkaya kaum lainnya. Namun, jika kita berpikir positif dan mengambil nilai baiknya maka kita akan akan mampu mempersiapkan langkah hidup selanjutnya agar tidak semakin terpuruk serta larut dalam keterpurukan yang sedang terjadi.
Dengan terjadinya wabah ini membuat pemerintahan setiap negara akan memberlakukan lockdown atau PSBB yang ketat, apabila kita mengambil nilai negatif dari keputusan ini maka kita akan menolak serta selalu melanggar serta tidak disiplin dalam melaksanakannya dan akhirnya bisa membuat wabah tersebut terpapar pada dirinya sendiri yang dapat mengancam nyawa diri serta orang terdekat kita dan membentuk hasutan negatif yang liar dalam pikiran yang dapat mempengaruhi banyak orang dan membentuk kelompok yang melawan suatu himbauan.
Namun jika kita mengambil nilai positif dari lockdown atau PSBB dan menanamkan dalam pikiran ini tentang hal seperti : “Ini merupakan tindakan pemerintah menjaga agar rakyatnya tidak terpapar suatu wabah”, “jika terpapar dalam skala besar akankah saya mampu serta medis di rumah sakit mampu mengobati saya hingga sembuh”, “ini akan berdampak hilangnya pekerjaan jadi saya harus kreatif mencari lahan pendapatan saya yang baru”, “memperketat pengeluran dengan prediksi hilangnya pekerjaan”, dan lainnya. Maka pikiran kita akan selalu sehat dan memperkuat iman kita agar masalah buruk ini bisa berakhir dengan cepat, bukan saling menyalahkan dengan persepsi memaksakan kembalinya pekerjaan saya sebelum covid atau usaha saya jalan kembali seperti sebelum wabah datang atau hanya berpangku tangan kepada yang mau berbagi. Bahkan dengan pikiran yang sehat akan menciptakan Prokes yang ketat pada diri sendiri sehingga wabah tersebut bisa terhenti karena kedisplinan dan kerja sama melawan wabah setiap individu yang melakukannya dan paling utama nyawa kita selamat oleh diri kita sendiri.
Tidak sedikit mereka membandingkan dengan negara-negara di eropa yang sudah membebaskan rakyatnya melakukan aktivitas tanpa harus prokes yang ketat baik itu di dalam atau di luar ruangan serta sudah melakukan tatap muka dalam pendidikan serta industri sudah mulai berjalan seperti sedia kala. Jika kita hanya membandingkan tanpa studi dan membuka pikiran itu adalah salah besar bahkan itu merupakan pikiran yang tidak sehat karena segala hal itu perlu di kaji kenapa bisa dilakukan hal demikian pada negara-negara yang sudah melakukannya bisa kita pandang dari sini seperti :
- Medis
Negara yang memiliki kekuatan medis yang besar dengan lengkapnya peralatan pendukung medis di rumah sakit, kapasitas rumah sakit yang besar, produksi obat-obatan dan SDM medis yang mumpuni. Jika negara tersebut merupakan negara yang memiliki teknologi medis yang handal dan peralatan yang mampu di produksi oleh negaranya sendiri hingga SDM medis yang kuat hingga penanganan korban wabah bisa optimal sehingga pasien bisa di atasi dalam skala besar. Wajar negara tersebut berani melakukannya karena seperti kondisi perang negara tersebut memiliki alutista dan amunisi yang banyak kenapa harus gentar, bagaimana negara yang memiliki SDM medis yang kuat namun kekurangan alutista dan amunisi yang terbatas hal yang konyol harus maju menghadapi musuh (wabah) tanpa perhitungan dan pertahanan. - Fasilitas Publik
Fasilitas publik merupakan pendorong agar penanganan bisa berjalan dengan baik, dimana jika ada rakyat yang sakit dapat dengan mudah langsung menuju tempat fasilitas medis dengan cepat tanpa hambatan jarak tempu dan moda transportasi yang terbatas waktu. Serta tersedia fasilitas prokes yang baik seperti masker gratis, media cuci tangan, bilik sterilisasi dan media telepon gerak cepat tanggap yang menjadi kunci pertahanan kesehatan. - Kekuatan ekonomi
Tidak kita pungkiri faktor ekonomi suatu negara juga menjadi tulang punggung kekuatan tempur jika menghadapi suatu wabah atau perang, karena ekonomi mendukung tersedianya point di atas tadi. Medis yang kuat serta fasilitas yang mumpuni tidak datang dan tercipta dengan sekali tepuk tangan melainkan di bangun dan di persiapkan dengan dukungan cadangan keuangan suatu negara tersebut selain untuk belanja obat-obatan. Bagaimana dengan kondisi negara yang belum memiliki cadangan ekonomi yang besar akankah kita harus membandingkan dengan kondisi ekonomi yang besar seperti kita membandingkan orang sakit si kaya dan si miskin apakah mereka sama dalam menghadapi pinyakit dari sisi medis saja belum dari sisi vitamin serta perawatan di rumah. - Rakyat
Walaupun poin-poin di atas suatu negara sudah memenuhi standart atau bahkan kuat dan super power namun memiliki rakyat yang tidak disiplin dan keras kepala senang melanggar aturan tidak satu komando dengan presiden atau pemerintahan setempat. Semua hal tersebut akan menjadi sia-sia dan akan hancur juga secara perlahan, seperti kondisi prajurit di medan perang jika tidak mendengarkan perintah perwira dalam strategi tempur yang sudah di persiapkan alutista dan amunisi yang banyak pun akan hancur di hantam lawan dengan kata lain “sasaran empuk”. Jadi Rakyat juga menjadi ujung tombak untuk melakukan disiplin prokes yang ketat dan taat sesuai dengan himbauan pemerintahan setempat agar strategi dan perhitungan sesuai dengan rencana dan analisa sehingga rakyat juga yang akan merasakan dampaknya karena semuanya itu dari rakyat dan untuk rakyat.
Menjadi pertanyaan besar akankah indonesia menjadikan covid-19 seperti flu biasa? Semua itu akan terjadi dan diputuskan dari prilaku rakyat sendiri kunci utamanya seperti negara singapura lakukan adalah vaksin yang telah dilakukan secara menyeluruh rakyat indonesia, dan prilaku rakyat yang sudah terbiasa prokes, mendengarkan himbauan pemerintah dengan seksama, serta menjalani pola hidup sehat di mulai dari pribadi setiap warga.
Dengan ketat dan disiplin serta angka positif harian wabah covid akan berkurang dan menurun dratis, besar kemungkinan negara memberlakukan seperti flu biasa karena dengan new normal kekebalan tubuh warga tercipta dan tahan. Atau kah kita harus memaksakan covid ini hilang? Bagaimana jika covid ini terus bermutasi akankah terus terjadi PSBB? Seperti kondisi negara perang akankah terus baku hantam menuntut kembalikan kondisi negara saya seperti sebelum perang? Bagaimana jika berdamai dan memperbaiki kerusakan dan membangun kembali dengan pertahan yang lebih kuat. Pilihan di tangan rakyat indonesia “Disiplin, Taat prokes dan Himbauan Pemerintan” atau ” Tidak Disiplin, Taat prokes dan Himbauan Pemerintan”. Indonesia Bisa.
NB : Selalu Promosi Bisnis Anda di www.iklanindonesia.com atau www.iklanbarisonline.com. Gratis